IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK KEUNGGULAN KOMPETITIF DALAM OPERASIONAL PERUSAHAAN PADA ERA GLOBALISASI
IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK KEUNGGULAN KOMPETITIF DALAM OPERASIONAL PERUSAHAAN PADA ERA GLOBALISASI
Penggabungan antara teknologi komputer dengan telekomunikasi telah menghasilkan suatu revolusi di bidang sistem informasi. Data atau informasi yang pada jaman dahulu harus memakan waktu berhari-hari untuk diolah sebelum dikirimkan ke sisi lain di dunia, saat ini dapat dilakukan dalam hitungan detik.Secara mikro, ada hal cukup menarik untuk dipelajari, yaitu bagaimana evolusi perkembangan teknologi informasi yang ada secara signifikan mempengaruhi persaingan antara perusahaan-perusahaan di dunia, khususnya yang bergerak di bidang jasa. Secara garis besar, ada empat periode atau era perkembangan sistem informasi, yang dimulai dari pertama kali diketemukannya komputer hingga saat ini. Keempat era tersebut (Cash et.al., 1992) terjadi tidak hanya karena dipicu oleh perkembangan teknologi komputer yang sedemikian pesat, namun didukung pula oleh teori-teori baru mengenai manajemen perusahaan modern. Ahli-ahli manajemen dan organisasi seperti Peter Drucker, Michael Hammer, Porter, sangat mewarnai pandangan manajemen terhadap teknologi informasi di era modern. Oleh karena itu dapat dimengerti, bahwa masih banyak perusahaan terutama di negara berkembang (dunia ketiga), yang masih sulit mengadaptasikan teori-teori baru mengenai manajemen, organisasi, maupun teknologi informasi karena masih melekatnya faktor-faktor budaya lokal atau setempat yang mempengaruhi behavior sumber daya manusianya. Sehingga tidaklah heran jika masih sering ditemui perusahaan dengan peralatan komputer yang tercanggih, namun masih dipergunakan sebagai alat-alat administratif yang notabene merupakan era penggunaan komputer pertama di dunia pada awal tahun 1960-an.
-Konsep keunggulan kompetitif dalam operasional perusahaan
keunggulan kompetitif perusahaan dapat dibangun di atas salah satu dari tiga disiplin nilai. Pertama, operasional prima (operational excellence). Perusahaan yang menggunakan strategi ini berupaya mencapai biaya paling efisien pada setiap proses bisnis yang menghasilkan kualitas jasa dan barang sesuai harapan pelanggan. Kedua, keakraban dengan pelanggan (customer intimacy). Perusahaan yang menggunakan strategi ini mempertahankan bisnis dengan menunjukkan pemahaman luar biasa pada kebutuhan dan harapan pelanggan melebihi rata-rata kompetitor. Ketiga, produk atau layanan yang senantiasa inovatif dan terdepan (product leadership).
Perusahaan yang menggunakan strategi ini membangun keunggulan kompetitif dengan terus-menerus menciptakan produk atau layanan yang paling canggih, paling baik, paling inovatif.
Manajemen puncak, manajer madya dan karyawan perlu memahami implikasi setiap strategi. Perbedaan tema strategi membutuhkan seperangkat indikator keberhasilan (key performance indicator – KPI) yang berbeda pula. Menjalankan bisnis seperrti biasa, akan mendapatkan hasil yang biasa-biasa. Menjalankan bisnis dengan luar biasa, dengan disiplin eksekusi strategi, akan memberikan hasil yang lebih baik.
Pada perusahaan dengan orientasi operasional prima (operational excellence), pekerjaan rumah manajemen ialah memastikan seluruh karyawan untuk selalu berpikir mengenai efektifitas biaya. Apakah ada item biaya yang dapat dikurangi. Di mana terjadi pemborosan biaya. Bagaimana bila biaya dikalkulasi berdasarkan aktifitas (activity based costing). Pemicu biaya (cost driver) mana yang perlu distudi. Mana aktifitas yang tidak memberi nilai tambah. Aktifitas berbiaya (cost activities) mana yang perlu dihilangkan. Mana item biaya yang paling besar. Apakah ada kemungkinan aktifitas dikerjakan bersama-sama sehinga total biaya lebih murah (shared services, shared activities), dan seterusnya. HP secara disiplin menggunakan mainstream strategi ini. Maka kita melihat betapa harga printer dan PDA mereka meluncur turun untuk merangsek pasar.
Pada perusahaan dengan orientasi keakraban pelanggan (customer intimacy)
maka harus dipastikan semua karyawan memahami dengan benar arti penting pelanggan. Siapakah pelanggan. Bagaimana perilaku pelanggan yang dihadapi. Hal-hal apa yang paling disukai pelanggan. Apa yang membuat pelangan tidak puas dan lari. Bagaimana menciptakan customer delight. Bagaimana membuat pelanggan loyal. Bagaimana meningkatkan wallet share pelanggan. Bagaimana memaksimalkan profitabiltas pelanggan, dan seterusnya. Microsoft meluncurkan Windows XP berbahasa Indonesia
Dalam mengimplementasikan konsep e-business, terlihat jelas bahwa meraih keunggulan kompetitif (competitive advantage) jauh lebih mudah dibandingkan mempertahankannya. Secara teoritis hal tersebut dapat dijelaskan karena adanya karakteristik sebagai berikut:
• Pada level operasional, yang terjadi dalam e-business adalah restrukturisasi dan redistribusi dari bit-bit digital (digital management), sehingga mudah sekali bagi perusahaan untuk meniru model bisnis dari perusahaan lain yang telah sukses;
• Berbeda dengan bisnis konvensional dimana biasanya sebuah kantor beroperasi 8 jam sehari, di dalam e-business (internet), perusahaan harus mampu melayani pelanggan selama 7 hari seminggu dan 24 jam sehari, karena jika tidak maka dengan mudah kompetitor akan mudah menyaingi perusahaan terkait;
• Berjuta-juta individu (pelanggan) dapat berinteraksi dengan berjuta-juta perusahaan yang terkoneksi di internet, sehingga sangat mudah bagi mereka untuk pindah-pindah perusahaan dengan biaya yang sangat murah (rendahnya switching cost);
• Fenomena jejaring (internetworking) memaksa perusahaan untuk bekerja sama dengan berbagai mitra bisnis untuk dapat menawarkan produk atau jasa secara kompetitif, sehingga kontrol kualitas, harga, dan kecepatan penciptaan sebuah produk atau jasa kerap sangat ditentukan oleh faktor-faktor luar yang tidak berada di dalam kontrol perusahaan; dan
• Mekanisme perdagangan terbuka dan pasar bebas (serta teori perfect competition) secara tidak langsung telah terjadi di dunia internet, sehingga seluruh dampak atau dalil-dalil sehubungan dengan kondisi market semacam itu berlaku terjadi di dunia maya.
Kondisi ketujuh aspek tersebut akan sangat menentukan posisi perusahaan di dalam kancah persaingan di dunia maya.
e-Business Leadership
Perusahaan dikatakan memiliki keungguluan kompetitif jika sanggup menjadi pemimpin (penguasa market share) dibandingkan dengan pesaing lainnya di industri yang relatif sama. Ditinjau dari aspek kepada pelanggan, perusahaan berhasil menciptakan sebuah pendekatan baru dan unik di dalam mengelola komunikasi dan interaksi dengan pelanggannya. Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk mendapatkan sebuah suasana yang kerap diistilahkan dengan “customer intimacy”; jalinan keakraban antara pelanggan dengan perusahaan sehingga mereka selalu loyal dengan perusahaan tersebut. Pada kondisi ini pun perusahaan berhasil menawarkan harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan perusahaan lain, tanpa mengorbankan kualitas dan pelayanan kepada pelanggan. Situasi ini akan berhasil dipertahankan oleh perusahaan jika yang bersangkutan memiliki mitra-mitra bisnis yang efisien dalam pengelolaan rantai nilai (value chain) untuk masing-masing proses terkait. Maka tidak heran jika konsep CRM (CustomerRelationship Management) sedang menjadi primadona saat ini. Disamping itu, kecepatan penciptaan produk baru (time to market) dan kecepatan pengirimannya ke tangan pelanggan juga menjadi kriteria utama yang menjadi bahan pertimbangan posisi perusahaan di dunia persaingan. Semakin cepat pelanggan dapat memperoleh produk pesanannya, semakin baik. Dan tentu saja perusahaan akan berhasil mencapai kondisi ini jika manajemen rantai pasokannya (Supply Chain Management) terkelola secara optimal. Karena di dalam e-business informasi merupakan bahan baku produksi yang sangat penting, maka konsep JIT (Just-In Time) sering diberlakukan terhadap sumber daya informasi ini. Faktor lainnya yang menentukan keunggulan kompetitif sebuah perusahaan adalah kemampuannya dalam menjangkau pasar dan pelanggan dari berbagai segmen yang ada (demografis dan geografis). Di sinilah internet dan teknologi informasi memberikan peranan yang sangat besar.
e-Business Stagnation
Kebalikan dengan perusahaan e-business yang berhasil menjadi market leader, gagal mendapatkan keunggulan kompetitif akan berakibat terancamnya keberadaan perusahaan di dalam arena persaingan. Perusahaan yang tidak berhasil mencari strategi untuk mendapatkan keunggulan kompetitif ini biasanya akan berada dalam posisi stagnasi, yang tentu saja akan sangat berbahaya jika tetap dibiarkan. Ciri-ciri perusahaan yang berada di dalam situasi ini berawal dari semakin kecilnya market share yang dikuasai karena banyaknya pelanggan yang perlahan-lahan meninggalkan perusahaan. Menurunnya kuantitas pelanggan ini terkadang belum tentu disebabkan karena gagalnya perusahaan dalam meningkatkan kinerja usahanya, namun dapat juga karena adanya faktor eksternal, seperti persaingan yang sangat ketat. Sering pula terjadi situasi dimana kualitas produk yang baik tidak disertai dengan pelayanan yang baik menyebabkan buruknya persepsi dari pelanggan terhadap perusahaan (yang artinya mengurangi bahkanmeniadakan keuggulan kompetitif yang dicoba diraih).
Dari segi total biaya produksi yang berdampak langsung kepada penentuan harga produk dan jasa, biasanya perusahaan mengalami kesulitan karena adanya fenomena cost transparency. Dengan terbukanya berbagai jenis informasi bagi semua orang di internet, pelanggan dapat dengan mudah membandingkan harga produk atau jasa yang sama dari satu perusahaan ke perusahaan yang lain. Dengan kata lain, sangat sulit bagi sebuah perusahaan dalam menentukan harga yang kompetitif (sangat sulit untuk mendapatkan margin keuntungan yang tinggi). Demikian pula dari segi penciptaan produk baru dan pengirimannya ke pihak pelanggan. Pada keadaan stagnasi, durasi penciptaan produk baru dan pengirimannya biasanya standar, dalam arti kata sama dengan perusahaan-perusahaan sejenis lainnya, sehingga dipandang dari sudut pelanggan, perusahaan yang bersangkutan tidak memiliki hal yang istimewa. Seringkali perusahaan e-business yang berada pada kondisi ini digambarkan dengan entiti yang “hidup segan, mati tak hendak”.Diperlukan perubahan yang sangat mendasar dari manajemen puncak untuk dapat membawa kembali perusahaan ke arena persaingan yang kompetitif (misalnya dengan cara mengadakan program Business Process Reengineering).
e-Business Followership
Jika di satu titik ekstrem terdapat perusahaan e-business yang berhasil menjadi leader sementara di titik ekstrem lainnya terdapat perusahaan e-business yang terancam bangkrut, terdapat banyak sekali perusahaan (mayoritas) yang berada pada situasi “nanggung”, artinya yang bersangkutan menempatkan diri sebagai pengikut dari mereka yang berhasil (follower).
Walaupun perusahaan yang berada di dalam posisi ini tidak memiliki banyak keunggulan kompetitif seperti halnya perusahaan leader, namun kualitas produk dan pelayanannya berada di atas rata-rata yang diharapkan oleh pelanggan. Perusahaan dalam kategori ini biasanya memiliki produk dengan kualitas yang sudah baik (memenuhi standar minimum), namun di mata pelanggan kualitasnya dipandang lebih karena perusahaan memiliki mekanisme pelayanan yang baik (sehingga pelanggan merasa terpuaskan). Dari sergi harga produk dan jasa pun perusahaan berhasil menekan total biaya produksi karena tingginya tingkat efisiensi yang dicapai (karena memanfaatkan teknologi informasi). Perusahaan juga secara sederhana telah menerapkan konsep knowledge management yang memungkinkan mereka untuk memperbaiki durasi penciptaan produk baru dan pengirimannya ke tangan pelanggan. Perusahaan yang memiliki keungguluan kompetitif yang netral ini biasanya tidak berambisi untuk menguasai pasar, tetapi cukup untuk tetap amanbertahan di arena persaingan, dan memiliki pelanggan tetap (captive market) yang melakukan transaksi secara kontinyu. Targetnya adalah secara perlahan (gradual) perusahaan berhasil meningkatkan frekuensi dan volume transaksi jual belinya.
-strategic Uses of Information Technology
Perkembangan terbaru dalam teknologi informasi telah mengubah cara organisasi bisnis Menjalankan. Saat ini, biaya perusahaan secara real-time menyayat Menggunakan komunikasi elektronik, Pelanggan Meningkatkan keintiman dengan Memanfaatkan Internet, dan banteng keuntungan dari bisnis model baru seperti perdagangan dan didistribusikan PELELANGAN hub. Namun, banyak pemimpin senior tidak memiliki alat untuk mengkomunikasikan Menilai Dampak bisnis dan teknologi informasi yang dapat membawa organisasi mereka.
Dalam program ini, CIO, CTO, dan manajer umum senior untuk belajar mengidentifikasi, Menilai, dan mengkomunikasikan keunggulan kompetitif strategis yang dimungkinkan oleh teknologi informasi.
Ikhtisar Konten
Menggunakan Teknologi Informasi strategis banteng strategis, Pendekatan terfokus pada bisnis teknologi informasi. Kurikulum adalah non-teknis dan Kerangka kerja menekankan untuk Memaksimalkan Nilai organisasi teknologi informasi yang ada aset, serta sistem Menggunakan informasi untuk Membentuk kembali strategi organisasi dan budaya. Studi kasus baru-baru ini mengeksplorasi atas praktek-praktek terbaik global perusahaan yang unggul dalam nilai Menciptakan sistem melalui informasi. Mengambil keuntungan dari posisi Stanford Sebagai sekolah bisnis terkemuka di Silicon Valley, program ini juga terintegrasi ke dalam kurikulum berbagai pembicara tamu dari industri inovatif, pasar-perusahaan teknologi terkemuka.
Key takeaways:
- Kerangka untuk mengidentifikasi nilai strategis Dampak bisnis dan sistem informasi
- Metode baru untuk Mengintegrasikan teknologi informasi ke dalam struktur dan budaya organisasi
- Best praktik dan model bisnis yang Memanfaatkan internet, Nirkabel, dan jaringan teknologi
Sasaran
Program ini ditujukan untuk para Eksekutif dari kedua teknologi senior dan fungsi-fungsi non-teknologi yang ingin Meningkatkan kemampuan mereka untuk Berpikir secara strategis tentang teknologi informasi. Meskipun dirancang dengan CIO dan CTO-tingkat peserta dalam Pikiran, kurikulum program non-teknis adalah teknologi informasi dan mengevaluasi secara ketat dari sudut pandang bisnis. Hal ini sesuai untuk para Eksekutif dari organisasi-organisasi dari berbagai ukuran atau dalam setiap industri.
Perkembangan terbaru dalam teknologi informasi telah mengubah cara organisasi menjalankan bisnis. Saat ini, perusahaan biaya menyayat real-time menggunakan komunikasi elektronik, pelanggan meningkatkan keintiman dengan memanfaatkan Internet, dan mengambil keuntungan dari model bisnis baru seperti pelelangan dan perdagangan didistribusikan hub. Namun, banyak pemimpin senior tidak memiliki alat untuk menilai dan mengkomunikasikan dampak bisnis teknologi informasi yang dapat membawa organisasi mereka.
Dalam program ini, CIO, CTO, dan manajer umum senior belajar untuk mengidentifikasi, menilai, dan mengkomunikasikan keunggulan kompetitif strategis yang dimungkinkan oleh teknologi informasi.
Ikhtisar Konten
Menggunakan strategis Teknologi Informasi mengambil strategis, pendekatan terfokus pada bisnis teknologi informasi. Kurikulum adalah non-teknis dan menekankan kerangka kerja untuk memaksimalkan nilai organisasi teknologi informasi yang ada aset, serta menggunakan sistem informasi untuk membentuk kembali strategi organisasi dan budaya. Studi kasus baru-baru ini mengeksplorasi atas praktek-praktek terbaik perusahaan global yang unggul dalam menciptakan nilai melalui sistem informasi. Mengambil keuntungan dari Stanford posisi sebagai sekolah bisnis terkemuka di Silicon Valley, program ini juga terintegrasi ke dalam kurikulum berbagai industri pembicara tamu dari inovatif, pasar-perusahaan teknologi terkemuka.
Key takeaways:
- Kerangka untuk mengidentifikasi nilai bisnis dan dampak strategis sistem informasi
- Metode baru untuk mengintegrasikan teknologi informasi ke dalam struktur dan budaya organisasi
- Best praktik dan model bisnis yang memanfaatkan internet, nirkabel, dan jaringan teknologi
Tempat
Program ini diselenggarakan di kampus Universitas Stanford, yang terletak di 8.180 hektar di perbukitan. Terletak 35 mil sebelah selatan San Francisco, Stanford University hanya beberapa mil dari Palo Alto dan industri teknologi tinggi pusat di Silicon Valley. Kampus adalah 25 mil selatan San Francisco Bandar Udara Internasional dan 20 kilometer sebelah utara Bandar Udara Internasional San Joseology
Strategic uses if information technology atau menggunakan salah satu strategi yang berbasis pada sistem teknologi informasi.
-Membangun Customer Focused Bisnis
Customer Focused Bisnis sangat diperlukan dalam membangun organisasi bisnis baru, sehingga para customer akan focus pada satu titik. Pertama pemasaran dan penjualan. Seringkali usaha baru bangkrut karena divisi pemasaran dan penjualannya loyo. Banyak yang merasa mampu membuat solusi multimedia dan informatika membuat usaha baru namun setahun kemudian tutup karena tidak dapat proyek. Tugas divisi ini adalah melakukan riset pasar, promosi, mencari prospek klien, melakukan presentasi sampai dapat menghasilkan proyek untuk perusahaan. Kedua produksi. Saya rasa Anda sudah paham proses produksi di bidang ini sehingga dapat membuat struktur organisasi yang tepat. Meski demikian, saya menyarankan agar setiap proyek dikelola oleh Manajer Proyek yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan proyek. Manajer Proyek ini sifatnya temporer: ada ketika ada pekerjaan, sehingga tidak perlu ada di struktur organisasi. Namun dalam pekerjaannya Manajer Proyek membawahi seluruh tim produksi seperti desainer dan programmer sekaligus menjadi penghubung ke klien. Ketiga Administrasi dan Keuangan. Divisi ini bertanggung jawab terhadap masalah legal, administrasi, pembuatan invoice, penagihan, pembayaran dan tetek bengek keuangan termasuk mengatur cash flow dan membayar gaji karyawan.
Ketiga divisi itu cukup dipegang oleh masing-masing satu orang. Direksi saya kira cukup satu saja. Demikian pula komisaris.
Perusahaan baru sebaiknya cukup mengkonsentrasikan pada tiga fungsi dasar tersebut. Bersamaan dengan pertumbuhan perusahaan, jika dirasa perlu melakulan reorganisasi, lakukan saja. Ingat: sa;ah satu daya hidup perusahaan kecil ada pada fleksibilitas organisasinya. Oleh karena itu, manfaatkan daya hidup ini sebaik mungkin.
-Value Chain & Strategic Informastion System
Akademik diskusi tentang manajemen informasi strategis masih dalam masa kanak-kanak dan ada sedikit konsensus tentang apa itu meliputi. Kami telah memilih usaha yang sudah ada menentukan tujuan lapangan. Menurut Myburgh (2002), manajemen informasi strategis "berfokus pada strategi dan arah perusahaan. Ini menekankan kualitas pengambilan keputusan dan penggunaan informasi yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja bisnis secara keseluruhan. "Kita akan melihat lebih dekat pada hubungan antara manajemen informasi dan strategi untuk mendapatkan wawasan yang lebih rinci apa sebenarnya manajemen informasi strategis melibatkan.
Seperti Marchand (2001:75), kita memahami informasi manajemen sebagai serangkaian kegiatan yang bergerak melalui serangkaian logis fase saling bergantung. Menurut Choo (2002:24) kegiatan ini dirancang untuk memanfaatkan "informasi kemampuan sumber daya dan informasi sehingga organisasi belajar dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan". Manajemen informasi secara efektif mengelola berfokus pada "penggunaan informasi dalam mendukung koordinasi dan kontrol, pemecahan masalah taktis dan pengambilan keputusan strategis" (Marchand, 2001:74). Kami menemukan bahwa kombinasi dari definisi ini menyediakan konseptualisasi padat informasi manajemen.
Ketika mengacu pada strategi, kita berarti "arah dan ruang lingkup suatu organisasi selama jangka panjang: yang mencapai keuntungan untuk organisasi melalui konfigurasi sumber daya di dalam lingkungan yang menantang, untuk memenuhi kebutuhan pasar dan memenuhi harapan stakeholder" ( Johnson dan Scoles, 2006).
Berdasarkan definisi ini, kita menganggap manajemen informasi strategis sebagai suatu kegiatan yang penting dalam mendukung dan meningkatkan pengambilan keputusan manajerial untuk keunggulan kompetitif melalui pendekatan holistik untuk mengelola sumber daya informasi organisasi.
The Diamond of Strategic Information Management
Dalam buku mereka Mengelola dan Menggunakan Sistem Informasi (2005), Pearlson dan mengusulkan Saunders Strategi Sistem Informasi Segitiga sebagai model untuk mendukung pengambilan keputusan tentang sistem informasi.
Model terdiri dari tiga komponen: strategi bisnis, strategi organisasi dan strategi informasi (2005:2).
• strategi bisnis: didefinisikan sebagai "visi yang diartikulasikan baik di mana sebuah bisnis berusaha untuk pergi dan bagaimana mereka mengharapkan untuk sampai ke sana".
• strategi organisasi: adalah "desain organisasi serta pilihan itu membuat untuk mendefinisikan, mengatur koordinasi dan mengontrol proses kerja". Akhirnya
• sistem informasi strategi: adalah "rencana sebuah organisasi menggunakan sistem informasi dalam menyediakan dan layanan" (2005:15).
Saunders Pearlson dan menunjukkan bahwa adalah sangat penting bahwa perhatian lebih harus dibayar pada tingkat korporasi untuk keputusan tentang sistem informasi. Hal ini karena mereka menyadari bahwa sistem informasi untuk semua perbaikan yang mereka dapat mempengaruhi, mungkin "sebenarnya menghambat dan membingungkan" (2005:1) informasi mengalir dalam suatu organisasi jika tidak selaras dan seimbang dengan dinamika organisasi dan tujuan bisnis strategis (2005:2) . Oleh karena itu, mereka berpendapat, bahwa pemahaman yang mendalam mengenai hubungan antara ketiga komponen dari segitiga, dan kesengajaan terhadap integrasi mereka adalah kunci keberhasilan setiap organisasi (2005:2).
Gambar 2: Sistem Informasi Segitiga (diadaptasi dari Pearlson dan Saunders, 2005:2)
Kami telah memilih model ini sebagai titik tolak kita karena pandangan kita melengkapi interdisciplinarity dan pentingnya dalam pembahasan manajemen informasi strategis.
Namun, dalam kerangka makalah ini, kami ingin memperluas model mereka untuk tujuan kita. Saunders Pearlson dan alat untuk membahas keputusan strategis mengenai sistem informasi. Dan sementara ilustrasi grafis model mereka (lihat gambar 2) mengacu pada "strategi informasi", diskusi sebenarnya mereka berfokus pada "sistem informasi strategi" (2005:12). Ini sesuai untuk unit analisis tertentu, tetapi kita merasa terlalu sempit agar sesuai dengan pandangan kita tentang manajemen informasi strategis.
Berdasarkan definisi manajemen informasi strategis dan informasi manajemen pada khususnya, kita berpikir bahwa sistem informasi memang akan menghambat dan membingungkan arus informasi dalam organisasi jika dikelola adalah sumber informasi yang tidak dipahami. Meskipun Pearlson dan Saunders menyebutkan "data" sebagai bagian dari sistem informasi strategi (2005:13), mereka hampir tidak menyentuh subjek. Untuk keperluan makalah ini, oleh karena itu kita akan memodifikasi model sedikit dan menambahkan dimensi keempat segitiga: strategi manajemen informasi.
Berlian yang dihasilkan manajemen informasi strategis (lihat gambar 3) dengan demikian terdiri dari komponen-komponen berikut:
• strategi bisnis
• strategi organisasi
• strategi sistem informasi
• strategi pengelolaan informasi
-Re-engineering Bussiness Process
Rekayasa ulang proses bisnis (BPR) adalah, dalam ilmu komputer dan manajemen, suatu pendekatan yang bertujuan perbaikan dengan cara menaikkan efisiensi dan efektivitas proses bisnis yang ada di dalam dan di seluruh organisasi. Kunci untuk BPR bagi organisasi untuk melihat proses bisnis mereka dari yang "bersih" perspektif dan menentukan bagaimana mereka dapat membuat proses-proses ini yang terbaik untuk meningkatkan cara mereka menjalankan bisnis.
Business Process Reengineering Siklus.
Rekayasa ulang proses bisnis juga dikenal sebagai BPR, Business Process Redesign, Business Transformation, atau Business Process Change Management. Reengineering adalah pemikiran ulang yang fundamental dan radikal desain ulang proses bisnis untuk mencapai perbaikan dramatis dalam biaya, kualitas, kecepatan, dan pelayanan. BPR menggabungkan strategi untuk mempromosikan inovasi bisnis dengan strategi membuat perbaikan besar untuk proses bisnis sehingga perusahaan dapat menjadi jauh lebih kuat dan lebih sukses pesaing di pasar.
Pendukung utama rekayasa ulang adalah Michael Hammer dan James A. Champy. Dalam serangkaian buku termasuk Reengineering the Corporation, Reengineering Management, dan The Agenda, mereka berpendapat bahwa terlalu banyak waktu yang terbuang lewat-on tugas dari satu departemen yang lain. Mereka mengklaim bahwa hal itu jauh lebih efisien untuk menunjuk sebuah tim yang bertanggung jawab untuk semua tugas-tugas dalam proses. Dalam The Agenda mereka memperpanjang argumen untuk menyertakan pemasok, distributor, dan mitra bisnis lainnya.
Re-engineering merupakan dasar bagi banyak perkembangan baru dalam manajemen. Lintas-tim fungsional, misalnya, telah menjadi populer karena keinginan untuk kembali insinyur terpisah ke dalam menyelesaikan tugas-tugas fungsional lintas proses fungsional. Selain itu, banyak sistem informasi manajemen baru perkembangan bertujuan untuk mengintegrasikan berbagai fungsi bisnis sejumlah. Perencanaan sumber daya perusahaan, manajemen rantai suplai, sistem manajemen pengetahuan, groupware dan sistem kolaboratif, Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia dan sistem manajemen hubungan pelanggan semua berutang rekayasa ulang
-Menciptakan Virtual Company
Membantu Untuk membangun sebuah Virtual Company, ada beberapa komponen yang dapat digunakan [11] , diantaranya :
· Hampir semua company menggunakan email dalam proses komunikasi, kapanpun dan dimanapun.
· Sistem yang otomatis dan mudah digunakan
· Menggunakan suatu apikasi sistem informasi yang bekerja secara otomatis untuk menggantikan pegawai secara langsung, dengan demikian waktu yang digunakan lebih efisien.
· Digital company
· Membuat elektronik company secara on-line.dengan system online , pegawai dapat bekerja kapanpun dan dimanapun.
· Monitoring
· Mempermudah memonitor apikasi situs web
· Infrastruktur
· Sarana infrastruktur akan dibutuhkan untuk menjalankan konsep sebuah VC.
· Motivasi
· Memotivasai user agar on-line
· user-friendly
user memahami tools
Membangun Knowledge Creating Company dibutuhkan poin-poin penting yaitu :
1. Important knowledge in Company :
- Cara menghadapi persaingan global.
- Cara menjaga kepuasan pelanggan.
- Cara mengantisipasi dinamika persaingannya secara tepat melalui pengembangan virtual Lego Factory.
- Cara menghadapi arena persaiangan dengan film-film yang sedang beredar dengan kualitas box-office, misalnya Star Wars dan Harry Potter.
- Melaksanakan program restrukturisasi yang terdiri dari downsizing dan downscoping.
2. Cross cultural interfaces & Knowledge domain :
- Lego Group mengirimkan produknya kepada retail-retail kecil yang terdapat di dalam database Lego Group sejak tahun 1950.
- Penjualan saham Legoland (Taman Bermain Lego) kepada Blackstone senilai US$450 juta dan penglepasan aset non-produktif di AS, Korea Selatan, dan Australia merupakan bentuk divestasi Lego dalam kaitannya dengan program turn around. Divestasi ini menghasilkan efektivitas dan efisiensi perusahaan yang secara langsung meningkatkan kinerja Lego.